Selamat pagiii dari Adesi yang masih sick leave tapi susah kalau gak pegang laptop~ (Dan berakhir dengan nulis blog).
Hari ini aku mau cerita sedikit tentang wedding preparation aku. Yassh, setelah lama gak nulis blog, lama work from home, tiba-tiba muncul udah nikah aja. Sekalinya nulis juga yang personal sekali~ Kira-kira apa ya yang mau diomongin dulu... Hmmm.. Oke mari kita mulai dengan cerita di baliknya~
Jadi sebenernya pas nikahan pun aku belum genap setahun pacaran sama suamik dan gak ada rencana menikah dalam waktu dekat. Tapi ditanya "siap gak?" jawabannya "siap". Ditanya "yakin gak?" jawabannya "yakin". Nah kelucuan mulai terjadi ketikaaa.. pacar aku minta izin ke mama untuk keluarganya mau ngelamar ke rumah, terus dibalas sama mama "yaudah minggu depan aja". Terus kita kayak yang "kok cepet", dan akhirnya kita mundurin ke 2 minggu selanjutnya. Sampai sekarang pun aku giung kenapa mundurin cuma 2 minggu, kenapa gak 1 bulan sekalian? Btw dulu kita mikirnya lamaran aja dulu, nikahnya nanti-nanti aja tunggu pandemi reda.
Pas lamaran kita juga belum ngomongin tanggal, lebih kayak ke saling tau aja tentang keluarganya. Gak lama dari yang keluarga pacar aku datang, keluarga aku juga datang ke rumahnya dia. Satu waktu, tetangga aku ada yang datang ke rumah, ngingetin kalau aku kan masih ada Jawa-nya, kenapa gak coba tanya ke tetua tentang hari baiknya untuk nikah. Sebenarnya di agama aku semua hari baik, tapi aku pikir ya gak ada salahnya juga sih. Akhirnya mama hubungin bude aku di Jawa untuk tanya hari, lalu dikasih beberapa pilihan tanggal dan kita pilih yang paling jauh, sekitar H+4 bulan. Waw masih cepat ya hitungannya. Tapi kayak manis aja gitu tanggalnya jadi ya yaudahlah. Toh kalaupun mau mempersiapkan apapun masih keburu, pikir kita saat itu.
Ada beberapa persiapan penting yang harus dilakuin, tapi gak semua aku tulis di post ini ya, beberapa akan aku pecah di post lainnya.
1. Pemberkasan
Karena aku WFH, aku ngurus pemberkasan ini mandiri. Untuk urus surat keterangan RT & RW ini aku lakuin malam, hokinya, waktu jalan ke tempat pak RT, aku ketemu tetangga aku yang suka urus-urus di kelurahan dan dikasih beberapa form, salah satunya form pernyataan belum pernah menikah. Jadi gak perlu minta lagi di kelurahan. Urusan berkas RT & RW selesai dalam semalam, besoknya aku ke Kelurahan, sayangnya, aku miss di sini. Ternyata di Kelurahan itu aku harus punya sertifikat layak kawin yang diterbitin oleh Puskesmas. Tapi gak sepenuhnya salah sih, karena di Kelurahan ternyata ditempel info tentang alur ke Puskesmas (yang ternyata perlu registrasi online via aplikasi & WhatsApp), kalau aku gak tau kan makin PR ya udah datang ke Puskesmas sia-sia. Nah intinya, setelah dapat sertifikat layak kawin yang dikumpul bareng data lainnya, dari Kelurahan nanti akan ada surat pengantar ke Kecamatan dan KUA. Tapi di case aku, karena KUA dan Kecamatan-nya sama, jadi aku gak perlu minta tanda tangan Camat. Langsung aja dari Kelurahan, urus data ke KUA.
2. Bonus: A Day at Puskesmas
Kalau bukan karena ngurus untuk nikahan, aku pasti gak akan tau di mana letak puskesmas kecamatan. Sebelumnya, aku registrasi online dulu via aplikasi yang kemudian move ke WhatsApp untuk dapat tanggal kedatangan. Di hari H, aku datang pagi sekitar jam 8 dan itu udah ramai sekali. Setelah ambil nomer antrian, aku nunggu karena masuknya per kloter. Setelah dipanggil, aku ke pendaftaran dulu, baru naik ke lantai atas.
Ruangan pertama yang aku datangin itu ruang pelayanan KB kalau gak salah nama, di sini ada beberapa pengecekan based on aplikasi. Sedikit tentang aplikasinya, aplikasi ini namanya Pro Catin, isinya banyak banget mulai dari form untuk registrasi, form untuk cek tingkat stressnya, bahkan banyak banget narasi seputar pernikahan, mulai dari tentang kesehatan sampai kekerasan dalam rumah tangga. Jadi ya bener-bener aplikasinya berguna banget buat belajar.
Dari ruang pelayanan KB, aku tes darah dulu (termasuk di dalamnya ada serologi juga), lalu sambil nunggu hasil tes darah ke luar, aku ke psikolog (aku diarahin ke sini karena dari form yang aku isi di aplikasi ada beberapa yang mengarah ke stress), dari psikolog, aku ke ruang vaksin, tapi aku milih untuk vaksin Td di luar (karena aku udah punya tempat vaksin sendiri gitu yang "langganan", bukan karena gimana-gimana sama puskesmasnya yaa). Nah, karena aku vaksin di luar, jadinya besoknya aku datang lagi ke Puskesmas untuk kasih surat sudah vaksin dan ambil sertifikat layak kawin. Oh iya, aku juga dikasih resep asam folat untuk 30 hari di sini. Di puskesmas ini, semuanya free!
3. Seserahan & Souvenir
Di antara sekian banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk acara, justru yang paling rapi, sempurna, dan terstruktur yaa Seserahan dan Souvenir. Saking bangganya nyiapin kedua hal ini aku mau tulis di post terpisah ajalah yaa~
4. Baju, MUA, Henna & Catering
Kembali lagi karena kita super santai, kita baru siapin baju dan make up ini di H-3 minggu. Ada dua MUA yang kita datangin langsung (yang lainnya cuma survey by IG account aja) dan di MUA kedua aku langsung kayak "udahlah me luv". Tantenya baik dan bajunya juga cantik, sample make upnya pun bagus. Lucunya, kita justru baru dapat catering karena datang ke MUA yang ini. Jadi mama aku nanya "Catering belum dapat nih bingung mau cari di mana", sama tante MUA-nya langsung direkomendasiin tetangganya yang emang usaha catering dong. Yaa walaupun pada akhirnya mama tetep ngebandingin dulu sama rekomendasi dari temen kantornya juga. Karena ini akan agak panjang, aku tulis di post terpisah juga yaa~
5. Dokumentasi
Untuk dokumentasi juga gak kalah cute sebenernya, kita baru deal di H-2 minggu. Sebenarnya ada satu lagi dokumentasi yang aku suka, itu justru teman sendiri. Tapi karena papa aku lebih sreg ke sini jadi ya yaudahlah nurut aja. Btw aku hanya dokumentasi saat acara yaa, jadi gak sempet prewedding juga. So far manis banget fotografer dan videografernya, justru malah bercanda mulu jadinya pas acara.
6. Undangan
Apalah Adesi tanpa Umam dan Daus di urusan undangan ini. Awalnya, kita gak mau pakai undangan karena konsepnya hanya akad dan pesta tetangga, gak undang banyak, jadilah aku minta buatin undangan digital ke Daus. Undangan digital aku pun ada dua versi, yang satu hanya untuk menginfokan orang kalau aku mau nikah, yang satu lagi yang benar-benar "ngundang" supaya datang. Konsepnya dibuat Daus se-aku mungkin lah, bunga-bunga macam ilalang warna ungu, tulisan sambung, ada warna hijau dedaunan. Cahelah gitu lah yaa. Lalu tiba-tiba muncullah badai di H-3, Pak RT aku nyaranin supaya buat undangan aja, daripada gak ada undangan malah orang datang lebih rame. Wadidaw. Mana weekend pula kan. Akhirnya langsung chat Umam untuk minta buatin undangan. Akhirnya H-2 jadi lah dengan pakai template undangan yang ada di Umam. H-1 baru deh dibagi-bagiin ke tetangga. Alhamdulillah ya :))
7. Mas Kawin & Ring Bearer
Untuk mas kawin ini, aku buat post sendiri aja yaa hihi karena dipikir-pikir seru juga pengalamannya muter-muter demi cari yang cocok.
8. Dekorasi
Ah no words, ini paling santai sesantai-santainya. Kenapa? Cek paragraf di bawah ini :))
Oke sekian cerita wedding preparation super dadakan dari Adesi dan Meye. Disclaimer: Kita bisa sedadakan ini karena: acaranya weekday, di rumah, undangannya gak banyak, dan.... papa aku usaha dekorasi nikahan jadi partnernya adaan aja. Hehehe. Btw kalau ada yang mau ditanyain boleh juga loh comment di bawah, siapa tau bisa untuk bahan post aku berikutnya. Happy mid-week!