Untuk Dua Yang Tercinta #30HMSC

09:49

Untuk dua insan yang saling mencinta, dan sangat aku cinta bahkan sejak aku belum mengerti apa itu cinta, Ibunda dan Ayahanda.

Dua hari berlalu sejak apa yang saat ini ramai dinamakan anniversary. Dua puluh satu tahun berlalu sejak terakhir Sabtu kalian mengucap ikrar dan berjanji. Aku tak tau bagaimana suasananya. Aku tak tau bagaimana rasa terharunya. Aku tak tau permainan emosi yang kalian rasakan saat itu. Aku bahkan tak mengerti bagaimana perjuangan dan perjalanan kalian untuk berada pada masa itu. Tapi aku tau, satu hari itu mengubah segalanya bagi kalian.

Sebelas bulan berlalu dan Tuhan mempercayakan kalian untuk menjaga milik-Nya. Ia menitipkan titipan paling berharga yang mungkin dimiliki oleh setiap orang tua, apa yang disebut anak, dan saat itu, aku. Terkadang sesak memikirkannya, apa memang aku yang diharapkan? Atau mungkin, bila mengikuti bait lagu dari Simple Plan, apa aku tumbuh sesuai yang direncanakan? Berkembang menjadi apa yang kalian harapkan?

Dalam apa yang dinamakan keluarga, ada masa dimana aku bersedih, terluka bahkan marah, baik ke Mama, ataupun Bapak. Selalu ada masa dimana aku, down. Kemanapun, asal jangan dirumah. Siapapun, asal jangan kalian. Emosi sesaat yang menghasilkan perasaan tak enak yang berkelanjutan ketika aku mulai merasa tenang.

Dua puluh satu tahun satu bulan empat hari umurku kini. Menjadi mahasiswa di salah satu universitas negeri. Memegang peran dalam sebuah organisasi. Bersahabat dan mengenal beberapa orang hebat. Tumbuh dan berkembang menjadi gadis (yang sedang mempersiapkan diri menjadi calon istri). Ini hasil dari apa yang kalian berikan kepadaku selama ini (yang pernah kuingkari karena kesombongan diri).

Mungkin lucu aku bahkan tak bisa mengatakan "Aku sayang kalian" atau "Terima kasih karena telah menjadikan aku seperti sekarang ini" secara langsung. Seakan ada penahan yang membuat aku tak mampu bersuara untuk mengatakan kata-kata tersebut. Dan itu sebab aku menulis ini disini. Yang meskipun, hanya ada kemungkinan sangat kecil untuk kalian membacanya.

Terima kasih atas semua rasa, senyum, tawa, sandaran ketika aku menangis, bahkan segala fasilitas yang telah diberikan. Terima kasih untuk setiap sindiran dan amarah yang dibaliknya bahkan menguatkan aku. Bahkan ketika aku merasa benci pun, aku selalu ingat kalian yang telah membesarkan aku, ibuku yang menjadi contohku untuk menjadi istri dan ibu yang baik (dan tetap, aku akan jadi lebih baik dari Mama. Bismillah) dan Ayahku yang bahkan, nantinya, akan menjadi wali saat pernikahanku. Untaian terima kasih tak cukup, pun maaf. Setiap apa yang diberi tak akan cukup untuk dikembalikan. Tapi kalian tetap setia untuk ada. Terima kasih. Aku sayang kalian, Happy Anniversary! Makan-makan! (Tetep)

You Might Also Like

0 comments